Selasa, 17 Mei 2011

Tjarsam, Jadi Kaya Berkat Kambing Etawa

Pada awalnya Tjarsam hanya memelihara seekor kambing peranakan etawa. Berkat keuletan, kini dia memiliki 40 ekor kambing peranakan etawa dan ingin usaha ternaknya terus berkembang.

kambing_etawaSejak kecil, Tjarsam, lelaki kelahiran Desa Gumelar, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah ini menyenangi dunia ternak. Ketertarikannya dengan peternakan tak lepas dari kehidupan kedua orang tuanya yang juga berlatar belakang petani ternak. “Sejak bangku sekolah dasar, saya sudah menyukai dunia ternak,” katanya baru-baru ini. 

Kecintaan Tjarsam terhadap dunia ternak terus dipupuknya hingga usia remaja, bahkan sampai menjalani kehidupan rumah tangga. Lelaki 61 tahun ini memilih kambing sebagai binatang ternaknya. Untuk memelihara kambing,Tjarsam membuat kandang di belakang rumahnya. Awalnya dia memelihara kambing jawa. Kambing jenis ini juga dip-elihara tetangga-tetangganya. Menurut ayah empat anak yang baru memasuki masa pensiun sebagai pegawai negeri sipil (PNS) ini, memelihara kambing menjadi usaha sampingan lantaran penghasilan PNS tidak besar. “Dulu saat saya mengawali pengabdian menjadi PNS, apalagi guru, penghasilannya belum seperti sekarang,” katanya.

Alhasil, kambing-kambing yang menjadi usaha ternaknya menjadi salah satu sandaran ekonomi keluarga saat gaji sebagai PNS tak mencukupi kebutuhan hidup. Biasanya, Tjarsam akan menjual kambing-kambingnya saat memasuki tahun ajaran baru demi memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya atau saat Lebaran Haji lantaran harga jual kambing akan naik. Meski berat, kehidupan sebagai guru PNS dan peternak dijalani Tjarsam dengan penuh dedikasi.

Setelah pulang mengajar, biasanya dia akan mencari rumput hingga sore untuk memenuhi kebutuhan pakan ternaknya. Tak ada rasa minder atau apa pun yang dialami pria pekerja keras ini. “Saya memang menyukai dunia wirausaha. Jadi, kalau sudah terjun rasanya nikmat,” ujarnya. 

Pada 2001 usaha ternak kambingnya mengalami titik balik saat dia berkenalan dengan kambing peranakan etawa. Setelah mendapat informasi sana-sini tentang keunggulan kambing ini, Tjarsam banting setir dari awalnya memelihara kambing jawa beralih ke kambing peranakan etawa. “Saya menjual empat kambing jawa untuk mendapat satu kambing peranakan etawa karena harganya memang mahal,” terangnya.

Usaha ternak Tjarsam semakin berkembang setelah memelihara kambing peranakan etawa. Baru setahun memelihara indukan peranakan etawa, kambingnya telah beranak. Setahun berikutnya, kambingnya kembali beranak. Mendapati ternaknya dengan cepat beranak, Tjarsam semakin bersemangat. Perkembangan usaha ternaknya pun terbilang cepat. Kalau pada awal memelihara baru satu ekor kambing peranakan etawa, pada 2006 dia telah memiliki 30-an ekor. Hingga sekarang, Tjarsam telah memiliki 40 ekor kambing peranakan etawa. Cerita sukses Tjarsam dan beberapa warga Gumelar lainnya yang memelihara kambing peranakan etawa mendapat perhatian dari pemerintah daerah.

Dari sanalah kemudian perkumpulan peternak kambing peranakan etawa Desa Gumelar memiliki kelompok usaha dengan nama Pegumas (Perkumpulan Ternak Etawa Gumelar Banyumas). “Setelah pemerintah daerah turut memperhatikan usaha kami, semuanya jadi semakin mudah,” ujarnya seraya menambahkan bahwa wilayahnya kini kerap menjadi tempat studi banding usaha ternak etawa daerah lain. 

Perhatian pemerintah tak berhenti di situ. Pemda Banyumas,kata Tjarsam, juga bakal membuat wilayah Desa Gumelar menjadi daerah tujuan wisata. Satu yang terpenting adalah peran pemerintah melalui Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan program pembuatan pakan ternak instan.

Melalui program ini, peternak di Gumelar, termasuk Tjarsam, tak perlu repot lagi menyediakan pakan ternak untuk kambing-kambingnya. Menurut Tjarsam, memelihara kambing peranakan etawa memiliki manfaat ganda. Selain dagingnya bisa dikonsumsi, kambing ini juga menghasilkan susu. Harga kambing peranakan etawa berkisar antara Rp1,5 juta–Rp5 juta per ekor. Bahkan ada pula jenis kambing peranakan etawa yang harganya setara satu unit mobil. Susu kambing peranakan etawa memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Produk susu kambing dari Gumelar telah dipasarkan ke berbagai daerah di Banyumas, bahkan hingga Jakarta. Untuk tiap liter susu dihargai Rp20.000. Tjarsam mengungkapkan, dari usahanya beternak, dia mampu meraih omzet puluhan juta rupiah per tahunnya.

Hasil usaha dimanfaatkan untuk membiayai anak sekolah hingga jenjang lebih tinggi. Tjarsam juga membeli mobil dan berencana menunaikan ibadah haji bersama sang istri tahun ini. “Doakan saja, tahun ini bersama istri akan menunaikan rukun islam kelima,” terangnya. 




SUMBER : (http://www.ciputraentrepreneurship.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Users Online: